Jlentrehipun Tembang
macapat ingkang 11
Tulisan Eko Saputro
1. Maskumambang
Adalah gambaran dimana manusia masih di alam ruh, yang kemudian
ditanamkan dalam rahim/ gua garba ibu kita. Dimana pada waktu di alam ruh ini
Allah SWT telah bertanya pada ruh-ruh kita: “Alastu Bi Robbikum”, “Bukankah AKU
ini Tuhanmu”, dan pada waktu itu ruh-ruh kita telah menjawabnya: “Qoolu Balaa
Sahidna”, “Benar (Yaa Allah Engkau adalah Tuhan kami) dan kami semua menjadi
saksinya”.
2. Mijil
Merupakan ilustrasi dari proses kelahiran manusia,
mijil/mbrojol/mencolot dan keluarlah jabang bayi bernama manusia. Ada yang
mbrojol di India, ada yang di China, di Afrika, di Eropa, di Amerika dst. Maka
beruntunglah kita lahir di bumi pertiwi yang konon katanya Gemah Ripah Loh
Jinawi Tata Tentrem Karta Raharjo Lir Saka Sambikala. Dan bukan terlahir di
Somalia, Etiopia atau negara-negara bergizi buruk lainnya.
3. Sinom
Adalah lukisan dari masa muda, masa yang indah, penuh dengan
harapan dan angan-angan.
4. Kinanthi
Masa pembentukan jatidiri dan meniti jalan menuju cita-cita.
Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun yang bermakna bahwa kita
membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-cita kita bisa terwujud.
Misalnya belajar dan menuntut ilmu secara sungguh-sungguh.”Apa yang akan kita
petik esok hari adalah apa yang kita tanam hari ini”.
“In Ahsantum, Ahsantum ILaikum, Walain Asa’tum Falahaa”, “Jika
kamu berbuat kebajikan maka kebajikan itu akan kembali padamu, tapi jika kamu
berbuat jahat itu akan kembali padamu juga”.
5. Asmarandana
Menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta,
ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara artinya cinta, dan Cinta adalah
ketulusan hati, meminjam istilahnya kang Ebiet G.Ade dalam lagunya: “ Cinta
Yang Kuberi Setulus Hatiku Entah Apa Yang Kuterima Aku Tak Peduli”.
Cinta adalah anugerah terindah dari Gusti Allah dan bagian dari
tanda-tanda keAgungan-Nya. “…..Waja’alna Bainakum Mawwaddah Wa Rahmah, Inna Fi
Dzaalika La’aayatil Liqoumi Yatafakkaruun”. “…Dan Kujadikan diantara kalian
Cinta dan Kasih Sayang, sesungguhnya didalamnya merupakan
tanda-tanda(Ke-Agungan-Ku) bagi kaum yang berfikir”.
6. Gambuh
Awal kata gambuh adalah jumbuh / bersatu yang artinya komitmen
untuk menyatukan cinta dalam satu biduk rumah tangga. Dan inti dari kehidupan
berumah tangga itu yaitu: “ Hunna Li Baasulakum, Wa Antum Libaasu Lahun”,
“Istri-istrimu itu merupakan pakaian bagimu, dan kamu adalah merupakan pakaian
baginya”.
Lumrahnya fungsi pakaian adalah untuk menutupi aurat, untuk
melindungi dari panas dan dingin.Dalam berumah tangga seharusnya saling
menjaga, melindungi dan mengayomi satu sama lain, agar biduk rumah tangga
menjadi harmonis dan sakinah dalam naungan Ridlo-Nya.
7. Dhandhanggula
Gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan
sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup sandang, papan dan pangan (serta
tentunya terbebas dari hutang piutang). Kurangi Keinginan Agar Terjauh Dari
Hutang, sebab kata Iwan Fals: “ Keinginan adalah sumber penderitaan ”.Hidup
bahagia itu kuncinya adalah rasa syukur, yakni selalu bersyukur atas rezeki
yang di anugerahkan Allah SWT kepada kita.
8. Durma
Sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah maka kita harus
sering berderma, durma berasal dari kata darma / sedekah berbagi kepada sesama.
Dengan berderma kita tingkatkan empati sosial kita kepada saudara-saudara kita
yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi kebahagiaan, dan meningkatkan
kepekaan jiwa dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi masyarakat disekitar
kita.
“Barangsiapa mau meringankan beban penderitaan saudaranya
sewaktu didunia, maka Allah akan meringankan bebannya sewaktu di Akirat kelak”.
9. Pangkur
Pangkur atau mungkur artinya menyingkirkan hawa nafsu angkara
murka, nafsu negatif yang menggerogoti jiwa kita. Menyingkirkan nafsu-nafsu
angkara murka, memerlukan riyadhah / upaya yang sungguh-sungguh, dan khususnya
di bulan Ramadhan ini mari kita gembleng hati kita agar bisa meminimalisasi
serta mereduksi nafsu-nafsu angkara yang telah mengotori dinding-dinding kalbu
kita.
10. Megatruh
Megatruh atau megat roh berarti terpisahnya nyawa dari jasad
kita, terlepasnya Ruh / Nyawa menuju keabadian (entah itu keabadian yang Indah
di Surga, atau keabadian yang Celaka yaitu di Neraka).
“ Kullu Nafsin Dzaaiqotul Maut “, “ Setiap Jiwa Pasti Akan Mati
“.
“ Kullu Man Alaiha Faan “, “ Setiap Manusia Pasti Binasa “.
Akankah kita akan menjumpai Kematian Yang Indah (Husnul
Qootimah) ataukah sebaliknya ?
Seperti kematian Pujangga kita WS Rendra, disaat bulan sedang
bundar-bundarnya (bulan Purnama) ditengah malam bulan Sya’ban tepat pada
tanggal 6 Agustus atau tanggal 15 Sya’ban (Nisfu Sya’ban).
Diatas ranjang kematiannya, menjelang saat-saat Sakratul Mautnya
dia bersyair:
“ Aku ingin kembali pada jalan alam,
“ Aku ingin meningkatkan pengabdian pada Allah,
“ Tuhan aku cinta pada-Mu ”
11. Pocung (Pocong / dibungkus kain mori putih)
Manakala yang tertinggal hanyalah jasad belaka, dibungkus dalam
balutan kain kafan / mori putih, diusung dipanggul laksana raja-raja, itulah
prosesi penguburan jasad kita menuju liang lahat, rumah terakhir kita didunia.
“ Innaka Mayyitun Wainnahum
Mayyituuna “, “ Sesungguhnya kamu itu akan mati dan mereka juga akan mati”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar